TSM5GUMiTpM8BSd0BUG8TUz0TA==

PEMILIH MUDA HARUS TAU GOLPUT DAN PENGARUHNYA, GENERASI MUDA HARUS CIPTAKAN POLITIK BERINTEGRITAS

Oleh : Ibnu Sakirin, M.Pd.,CPM.,CPHM.,CPArb

Pemberian sosialisasi soal Pemilu tak Golput.
INSPIRASIRAKYAT.COM - Golput, istilah yang kerap muncul dekat periode pemilihan umum (Pemilu), merujuk pada sikap ketidak partisan dari sebagian warga negara yang memilih untuk tidak menggunakan hak suara mereka saat pemilihan umum. Istilah ini muncul pertama kali menjelang Pemilu 1971, saat sekelompok mahasiswa, pemuda, dan pelajar berkumpul di Balai Budaya Jakarta, menyuarakan berdirinya "Golongan Putih" sebagai gerakan moral. Tokoh seperti Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman terlibat dalam gerakan ini, karena mereka merasa aspirasi politik mereka tidak terwakili oleh wadah politik formal pada saat itu, Alasan golput bisa bermacam-macam. Sejak awal, kelahiran gerakan golput tersebut dipicu oleh Pemilu 1971 yang dianggap tidak demokratis karena pembatasan jumlah partai politik oleh pemerintah. Meskipun pada awalnya berakar dari idealisme dan moralitas, seiring waktu, alasan untuk golput bisa menjadi lebih kompleks. Tidak semua orang yang memilih golput melakukannya atas dasar idealisme atau moralitas murni. Beberapa memilih untuk tidak memilih karena situasi atau kondisi yang memaksa.

Statistik menunjukkan variasi angka golput dari satu pemilu ke pemilu lainnya. Pada Pemilu 2019, angka golput tercatat sebagai yang terendah sejak 2004. Badan Pusat Statistik mencatat sekitar 34,75 juta orang atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih terdaftar memilih golput. Sedangkan pada 2014, angka golput mencapai 58,61 juta orang atau sekitar 30,22 persen dari total pemilih terdaftar.

Dalam persiapan Pemilu 2024, pemilih yang terdaftar didominasi oleh pemilih muda. Data dari KPU menunjukkan sekitar 56,4 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) adalah pemilih muda. Namun, hasil survei dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan bahwa sekitar 11,8 persen responden memilih untuk golput dalam Pemilu 2024.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang memilih golput atau tidak mencoblos antara lain:

Ketidakpedulian terhadap politik Sebagian masyarakat yang bersikap apatis terhadap urusan politik menjadi penyebab tingginya angka golput. Mereka tak lagi memperhatikan isu politik, bahkan mungkin tidak menyadari makna atau risiko golput pada setiap pemilihan. Ketidakpedulian dan ketidakpercayaan ini muncul karena mereka merasa tidak mendapatkan manfaat yang signifikan setelah pemilihan. Lebih buruk lagi, berita korupsi yang melibatkan para pemimpin dan wakil rakyat semakin memupuk ketidakpedulian masyarakat terhadap pemimpin. Namun, golput bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menggunakan hak pilih saat pemilu, masyarakat bisa memilih pemimpin yang bermoral dan anti-korupsi, yang pada gilirannya dapat memperbaiki sistem pemerintahan menjadi lebih bersih, adil, dan berpihak pada rakyat.

Ketidaktahuan tentang pemilu Meskipun ada pemberitaan tentang pemilu di media massa atau media sosial, tidak semua orang mengetahui tanggal pasti pelaksanaan pemilu. Pada Pemilu 2019, survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) sebulan sebelum hari pencoblosan menunjukkan mayoritas responden tidak mengetahui tanggal pasti pemilu. Sebanyak 29,5 persen dari 1.200 responden mengaku tidak tahu bahwa pemilu akan dilaksanakan pada bulan April, sedangkan 24,2 persen yang tahu bulan pelaksanaan tidak mengetahui tanggal pasti pemilu. Selama masa pemilu, lembaga seperti KPK turut berperan dalam mensosialisasikan dan mendorong masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas agar dapat memilih calon pemimpin yang bermoral. Mereka berupaya menolak politik uang serta mengajak masyarakat untuk tidak memilih calon pemimpin atau partai politik yang terlibat dalam praktik tersebut.

Tidak terfasilitasi dengan baik Penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk memberikan suara dalam pemilu. Namun, keterbatasan yang mereka miliki seringkali menghambat partisipasi mereka dalam proses pemilihan. Misalnya, kurangnya bantuan aksesibilitas ke lokasi TPS dan kurangnya surat suara khusus untuk disabilitas. Pada Pemilu 2019, jumlah pemilih disabilitas mencapai 1,2 juta orang. Di Yogyakarta, banyak dari mereka yang tidak dapat mencoblos karena masalah mobilitas. Selain itu, sejumlah TPS juga tidak ramah terhadap disabilitas karena terdapat rintangan fisik seperti tangga yang sulit diakses bagi pengguna kursi roda. Kita sebagai bagian dari masyarakat berintegritas bisa membantu mereka yang mengalami kesulitan karena keterbatasan ini. Misalnya, membantu mereka pergi ke TPS atau memberikan panduan agar mereka tetap bisa menggunakan hak pilihnya. Menciptakan negara yang bebas dari korupsi adalah tanggung jawab bersama. Dengan memilih pemimpin yang bermoral dan anti-korupsi, kita bersama-sama membentuk Indonesia yang bersih dari berbagai bentuk tindak pidana korupsi.

Golput dan Pemerintahan Berintegritas Terkadang, pemikiran bahwa "hanya satu suara, jadi tidak akan berpengaruh" dapat menjadi penyebab tingginya tingkat golput. Namun, satu suara memiliki potensi untuk menjadi penentu kemenangan bagi kandidat tertentu dan bisa mengubah arah negara ke arah yang lebih baik.

Ibnu Sakirin, M.Pd.,CPM.,CPHM.,CPArb

Tingginya angka golput dapat memberikan dampak negatif yang signifikan pada suatu negara, antara lain:

Gangguan pada Program Kerja Pemilihan pemimpin berintegritas harus mempertimbangkan program kerja yang diusung. Program yang baik tidak hanya mencakup kemajuan infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga mendasarkan diri pada nilai-nilai integritas dan anti-korupsi. Namun, tingginya golput menunjukkan kurangnya dukungan dari masyarakat, mengakibatkan pemimpin yang terpilih kurang mendapat kepercayaan. Gangguan pada Sistem Demokrasi Negara demokratis melibatkan partisipasi seluruh warga dalam pengambilan keputusan. Namun, tingginya golput menandakan rasa apatis terhadap proses pemilihan dan pemimpin yang diangkat.

Meningkatkan Potensi Kemenangan Partai Penguasa Masyarakat diberi kesempatan untuk memilih partai dan pemimpin dengan visi, misi, serta program terbaik. Namun, jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan, partai dengan dukungan yang konsisten akan memiliki peluang lebih besar untuk menang, terlepas dari kualitas dan nilai programnya.

Perubahan menuju negara yang lebih baik membutuhkan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Mari kita lebih memahami arti golput dan menghindarinya, sehingga kita semua dapat berperan aktif dalam membawa perubahan positif bagi negara. Salah satunya dengan mengenali calon peserta pemilu dan memilih pemimpin yang memiliki integritas yang tinggi dan adri kita harus mengawasi pemilihan ini sebagaimana kita adalah bagian dari pengawasan partisipatif.

Type above and press Enter to search.